Kamis, 22 September 2011

Kasihan, Bayi Pengidap Penyakit Lidah Terjulur dan Bernanah


Sartika tak pernah menduga bayi yang dilahirkannya akan menderita penyakit tak lazim. Lidah bayi mungilnya tersebut keluar sepanjang 5 cm, membengkak dan bernanah. Meski punya kelainan, Sartika tetap menganggap anaknya anugerah Tuhan. Bayi panjang 52 cm dan berat 44 gram Dengan lembut Sartika membelai rambut bayinya yang baru dilahirkannya selama 16 hari lalu. Sesekali dia menghapus nanah yang keluar dari lidah putra pertamanya itu. Saat melakukannya, air mata terlihat mengalir deras membasahi tubuh bayi mungilnya. Sesekali dihapusnya dengan punggung tangan sembari tetap memandangi wajah anaknya.

Saat si kecil menangis, Sartika mencoba memasukkan botol susu pada mulut anaknya. Tapi, sungguh sulit dengan lidah yang memenuhi rongga mulut si bayi. Anaknya selalu tersedak dan batuk. Setiap batuk, sepercik nanah ikut mengalir keluar dari mulutnya. Meski begitu, wanita asal Bayang Pesisir Selatan ini, tak merasa malu memiliki anugerah Tuhan yang telah dititipkan padanya. Dengan bangga dia memberi nama anaknya Fakhri Taufik Ar Rahman. Pada nama itu tertitip harapan agar anaknya tetap sehat dan normal.

Keterbatasan ekonomi keluarganya membuatnya tak bisa berbuat banyak untuk mengurangi derita Fakhri. Sejak bayinya dilahirkan dan menderita kelalaian, dia tidak dapat memberikan pengobatan yang pantas untuk anaknya.

Sartika tidak mendapatkan kartu jamkesmas. Satu-satunya kartu yang bisa dimanfaatkan untuk berobat hanya kartu jamsostek suaminya, Anton. Namun, itu tak banyak membantu. Jamsostek suaminya hanya berlaku di RS Reksodiwiryo, bukan di RSUP M Djamil. Sementara peralatan RS Reksodiwiryo tak memadai untuk menangani kondisi anaknya.


Fakhri lahir dalam kondisi normal. Meski saat itu, Fakhri terlilit tali pusar. Kala itu lidahnya sudah keluar, tapi panjangnya tak sepanjang saat ini dan tidak membengkak dan bernanah. Usai persalinan di BK KIA Gaung, 4 September lalu, ia telah mengetahui kondisi anaknya tak sama dengan anak kebanyakan.

Sehari setelah itu, dia membawa anaknya ke RSUP M Djamil. Kala itu, pihak rumah sakit mengatakan anaknya dengan anak lain tidak ada masalah. Menurut wanita berkulit kuning ini, pihak rumah sakit menganjurkan anaknya untuk dibawa pulang ke rumah.

“Pihak rumah sakit bilang anak saya baik-baik saja. Kalaupun dirawat, rumah sakit hanya akan berikan susu saja. Saya pikir kalau hanya untuk susu saya, lebih baik Fakhri saya bawa pulang. Saya pernah tanya berapa biaya yang harus saya keluarkan jika anak saya dioperasi. Petugas kesehatan bilang biayanya Rp 70 juta. Jika saya ingin murah lebih baik urus SKTM (Surat Keterangan tidak Mampu) saja,” katanya.

Warga RT 3 RW 10 Gang Loko Kelurahan Pampangan, Kecamatan Lubukbegalung bertekad untuk tetap mengupayakan kesembuhan bagi buah hatinya. Sayang, untuk mendapatkan SKTM dari kelurahan, ia mengaku dipersulit kelurahan.
“Hanya SKTM yang saya minta, bukan jamkesda,” tuturnya sambil mengusap air matanya.

Lurah Pampangan Syahril membantah mempersulit Sartika mendapatkan SKTM. Menurutnya, yang diminta Sartika bukan SKTM, tapi jamkesda. “Dia mintanya jamkesda dan memang saya bilang tidak ada kuotanya. Saya sudah mengupayakan untuk mendapatkan bantuan dari Baziz PT Semen dan Bazda Padang. Saya juga sudah turun ke LPM Pampangan untuk minta pertolongan,” tuturnya seperti dilansir Riau Pos, Jumat (23/9/2011).

Terancam Dipecat
Derita Sartika tak hanya sampai di situ. Suaminya Anton, juga terancam dipecat dari tempatnya bekerja. Suaminya bekerja di perusahaan tidak membolehkan karyawannya untuk libur walau hanya untuk satu hari. Sementara sejak anaknya lahir, selama 14 hari, suaminya tidak masuk kantor. Biaya Rp 70 juta terasa makin berat di mata Sartika.

Rumah petak yang ia tempati dikontrak Rp 2 juta setahun. Jika suaminya di-PHK, otomatis tak hanya uang untuk makan dan biaya pengobatan untuk anaknya Sartika tak punya, atap rumahnya juga tinggal angkasa.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar